KISAH SEBENTAR


Akhir-akhir ini diriku berkawan dengan sepi. Suka menyendiri dan banyak  berasumsi tentang naluri hati. Perihal rasaku kemarin, rupanya aku keliru. Aku mencintai kesunyian semenjak kau pergi untuk mengejar sang buas yang dengan rela tak dibayar mematahkan harapanku sedemikian hancur. Lalu kau dengan angkuh memilihnya dan hari ini dengan lantang ku katakan kau bukan lagi sosok yang membawa kebahagiaan. 

Meskipun sulit, namun kali ini aku berpihak pada kenyataan dan ku lempar jauh ilusi yang selama ini membuatku banyak berandai-andai. Aku menyerah dan tenggelam dalam sebuah kehampaan. Harusnya aku dapat berenang menuju tepian, rupanya kau dengan kuat menenggelamkanku hingga ujung dasar.

Tuan,
Ada perempuan yang setiap malam bertanya keberadaanmu lewat heningnya sunyi.
Ada perempuan yang dari bulan-bulan terakhir selalu menyelipkan namamu disela doanya.
Ada perempuan yang merindukanmu di sela-sela hujan rintik maupun ditengah teriknya mentari.

Perempuan itu adalah aku. 
Yang rela melakukan hal bodoh tanpa mendapatkan imbalan bahkan tak berharap atas itu.

Ditengah malam selalu berandai-andai kau dan aku selamanya terikat, sementara kepadanya diam-diam kau menjadi pengamat. Kita hanya sesaat dan aku tanpa di selimuti rasa malu menanam luka hingga tumbuh subur seakan nikmat, berhalusinasi semuanya baik-baik saja padahal kisah kita sudah tamat. Singkatnya, aku mencintaimu dengan taat. Kau dan aku dua insan yang tak akan lekat.

Ku sebut kisah kita memang sebentar. Namun kau hebat, hanya butuh sepersekian detik mampu meluluhkan hatiku yang keras kepala. Kau juga hebat, pergi tanpa pamit setelah menjatuhkan hatiku sedalam-dalamnya. Hadirmu tak lantas menjadikan dirimu sebagai lambang kenestapaanku, karena kesalahan tak sepenuhnya berada dipihakmu. 

Mungkin aku yang tidak jujur tentang perasaanku sendiri, atau mungkin perlakuanku yang sedemikian acuh dan kau memilih diam padahal tak nyaman atas itu. Biarlah seisi dunia mengutuk diriku lalu kau yang dirayakan serta diagungkan. Kini, saat kau telah memutuskan untuk berhenti, atas segala kebodohan aku masih berharap kau kembali.

Dibalik fajar yang muram, semoga aku tetap diizinkan semesta untuk selalu mengagumimu.
Dibalik mimpi yang kelam, semoga harimu selalu menyenangkan walau bukan lagi denganku.
Dibalik malam yang temaram, semoga segala penderitaanku tak berbalik menyerang kisah cintamu.

Atas kuasa semesta, aku berharap mampu merakit sisa asa untuk segera bangkit serta berbalik mengabaikanmu.
Atas akhir dari cerita, aku menuntaskan kisah kita dengan pantas serta harus ku akui kaulah pemenang atas segala permainan ini.

Kisah kita memang sebentar, namun kurasa menyisakan luka yang nanar. Pergilah dengan segala keputusanmu yang sepihak. Atau lebih jelasnya, pergi dan berbahagialah dengan dia yang memiliki semua yang tak ku miliki. Esok lusa jika kau kecewa dan terluka, aku ada dan tanganku terbuka kapan pun kau merasa tak berguna.



— y


Komentar

Posting Komentar