pukul
tiga dini hari, pikiranku masih terus ramai berdebat di dalamnya. satu dua hal
tak kunjung selesai kupikirkan, justru hal ketiga dengan cepat menyelinap,
sedetik kemudian, keempat dan kelima datang menyusul berbarengan. menerkam
pikiranku yang terkenal lemah tuk memutuskan pilihan.
aku suka
mempertimbangkan segala hal—sekecil apapun. mungkin hal ini terdengar konyol
dan menyebalkan di nalarmu. sebab kupikir, bila kuketahui segala jawaban atas
pertanyaan yang kulontarkan, maka aku dapat lebih dahulu berjaga-jaga atas
kemungkinan terburuk yang menjadi nyata adanya. curang memang, namun menyiksa.
rutin
setiap malam, waktu terjagaku dihiasi dengan ketakutan di masa depan, mungkin
besok atau lusa. mempertanyakan berbagai kemungkinan dan ketakutan tak masuk
akal yang muncul setiap saat.
—sebut
saja aku berlebihan.
apalagi
tentang perdebatan semalam dan api amarah kita yang tak kunjung padam.
menerka-nerka jika esok masihkah ada aku dalam ingatanmu. aku benci jika harus
kehilangan, lagi dan lagi. namun pikiran ini tak kunjung usai memastikan. rasa
ingin menghilang ke ujung karam, tak akan pernah kembali hingga usai zaman.
beberapa
bulan lalu, saat aku masih menjadi manusia yang sulit dicinta oleh siapapun,
kau datang seolah sudah terbiasa dengan segala kecemasanku pada dini hari,
khususnya pukul tiga. kau selalu hebat dan tepat.
aku
masih sama, bahkan setelah kau ada. aku
masih sering memikirkan hal-hal yang tak sepatutnya. aku masih sering kalah
dengan pikiran jahat yang selalu meronta. aku masih mencari jawaban atas
pertanyaan yang ada-ada saja.
semoga
suaraku selalu nyaring dan timbul, bukan justru tenggelam. aku selalu butuh
segala kewajaranmu yang tak ada habisnya, yang dengan ikhlas mendengarkanku
berceloteh tak ada usai. karena nyatanya, jeritmu sekecil apapun dapat menjawab
segala pertanyaanku yang di luar nalar.
permohonan maaf
yang akan selalu ku ulang-ulang atas segala kekalahanku melawan makhluk jahat
dipikiran, aku senang selalu diterima meski sedang hancur tak berupa.
sayang,
mereka tak akan paham rasanya jadi aku.
dilindungi
sebegitu eratnya, didekap sebegitu ikhlasnya, dijaga sebegitu indahnya, di
rumah sederhana yang kau ciptakan untuk menampung kenyamananku.
aku akan
belajar untuk lebih menghargaimu, tanpa tepi & tapi.
-y
Komentar
Posting Komentar