MEREKAH


Jam dua pagi aku termenung, memikirkan entah apa yang lebih indah dari memilikimu. Aku harap tak akan ada. Aku paham, mencintai perkara memaafkan walau hancur lebam. Berkali-kali kita diterpa angin malam, habis merekah tumpul kedalam.

Aku paham, mencintai jauh dari kata “singkat” dan “mudah”. Berkali-kali kita dihajar perkara yang membuat gundah, laksana terbang jauh namun sesekali butuh merebah, terjang aral sekuat apapun tetap kembali menuju rumah. Tempatku diterima mesti aku sedang hancur  tak berupa.

“Mencintai bukan perkara kebal, hancur lebih mudah dari bertahan,” katanya.

Kepalaku gaduh setiap dini hari. Rasa takut masih ku genggam sangat erat. Kemungkinan buruk apalagi yang akan terjadi, setidaknya aku telah mempersiapkan sedari awal. Mengingat sumpah serapah masa lalumu masih terus membuntuti. Biar saja dia mengganggu, namun untuknya, kita tetap tak punya waktu.

Ku kira cinta benar-benar berwarna keruh menyeramkan. Walau terdengar tak masuk akal, setiap jejak yang kita lukis banyak membawa kebahagiaan. Itu semua karena kuat dan hebat yang tetap menjadi sampul tubuhmu. Kau kemas hal buruk serapi mungkin seakan-akan kita dapat menepisnya, termasuk semua yang membuatmu merasa tersungkur. 

Di mata mereka mungkin kita belum menjadi apa-apa. Setiap percikan debat kecil nyatanya selalu bisa membuat banyak belajar dan bersabar. Kau memang manusia tak banyak bicara, bahkan menuangkan keinginanmu saja tak sempat dalam kata-kata. Kau memang manusia banyak acuhnya, tak jarang aku mencari cara untuk mengulas kepedulianmu bukan kepalang.

Kau dan segala kekuranganmu, aku malu meronta kesakitan atas segala kelemahanmu. Karena kau pun jauh lebih sakit menelusuri jejak egoku yang Maha Tinggi.

Seumpama kita kembali menjadi asing, aku bersyukur kita pernah saling.

Seumpama kita mati ditelan malam, aku bersyukur kita pernah terang ditengahnya temaram.

Lantas dibalik segalanya, aku menghargai segala cerita sebelum salah satu berpaling.

Denganku, kau tak perlu memikirkan banyak hal yang belum kau mampu.

Padamu, aku akan selalu ada sampai nanti kita sudah tak tahan bersama.

Kita ciptakan rumah yang kuat dan kokoh agar merasa saling terlindungi, ya?

 

- y

 

 

Komentar

Posting Komentar