Bolehkah aku
mengatakan serpihan rasa yang kelam?
Jika kau
berkenan, akan ku putar desiran ingatan itu.
Sebelumnya
waktu yang ku anggap berhasil,
ia dengan
beraninya mempersatukan kita yang tak sama.
Ah,
menurutku perbedaan urusan belakangan.
Tetapi beda
halnya jika memang dirimu mengedepankan ego.
Maaf jika ku
sebut kau pergi dengan cara sepihak.
Tak apa jika
kau tak terima,
tapi kurasa
bicaraku tepat
Dua orang
yang terlalu sibuk menyalahkan,
- kau dan aku,
tentunya.
Hingga tak
satupun terpikir alasan mengapa kita dipersatukan.
Lucu sekali,
bukan?
Dalam
rangkaian sajak yang pilu ini,
Aku
menanggung malu mengingatmu lagi.
Aku bermain
adu dengan nalarku sendiri.
Aku menaruh
rindu disela-sela angin malam.
Aku, aku, dan
aku.
Lalu kau?
Mana peduli?
Rasaku
tersayat kian merapuh pun kau tetap pergi.
Jangan
pikirkan bagaimana aku terbuang layaknya sampah.
Jangan
pikirkan bagaimana aku tak pernah dihargai.
Jangan
pikirkan bagaimana aku pergi dengan sumpah serapah.
Pikirkanlah
dulu bahagiamu.
Sebab,
bahagiaku akan datang beringingan jika kau pun bahagia.
Kau bilang
diriku ini berlebihan,
ku balas “karena
kau tak pernah merasakan”.
Janji yang
kau rapal erat-erat ulurkanlah.
Aku tak
marah, kurasa kau pun acuh seakan menolak mentah.
Sebab
pergimu yang sangat jauh,
adalah
ketika kau jatuh cinta lagi kepada selain aku.
Doaku saat
ini,
Semoga di delusi
nanti, kau tak akan datang lagi.
-y
Sukaa π
BalasHapustimakaci endyyπ
HapusEndy bacot
Hapusπ₯❤️
BalasHapussemangaat!π
HapusAkhirnya saya memberanikan diri untuk membaca ini. Bagus kawan!
BalasHapusthankyou kawan!π✨
Hapus